PSI Setuju Dahnil, Singgung Anies Beda dengan Pusat Tangani Banjir Jakarta

1 month ago 27
winjudi situs winjudi online winjudi slot online winjudi online slot gacor online situs slot gacor online link slot gacor online demo slot gacor online rtp slot gacor online slot gacor online terkini situs slot gacor online terkini link slot gacor online terkini demo slot gacor online terkini rtp slot gacor online terkini Akun slot gacor online Akun situs slot gacor online Akun link slot gacor online Akun demo slot gacor online Akun rtp slot gacor online informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya winjudi

Jakarta -

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) setuju dengan Jubir Menhan Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, yang menyebut jabatan kepala daerah bukanlah oposisi dari Pemerintah Pusat. PSI pun mengungkit kala Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Betul itu yang disampaikan, Gubernur sampai Wali Kota, Bupati adalah perpanjangan tangan Pemerintah. Indonesia negara kesatuan bukan negara federal. Jadi tidak boleh ada kebijakan yang bertentangan antara pemerintah pusat dan daerah," kata Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, William Sarana, saat dihubungi, Sabtu (27/7/2024).

William lantas mengambil contoh kala Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dia menyebut Anies bertentangan dengan Pemerintah Pusat ketika menangani persoalan banjir di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Contoh pertentangan terjadi ketika Gubernur Anies punya konsep bertentangan dengan Pemerintah Pusat soal penanganan banjir, Gubernur Anies punya konsep naturalisasi. Presiden konsepnya normalisasi. Dalam normalisasi tugas Pemprov Jakarta adalah pembebasan lahan, Pemerintah Pusat melakukan normalisasi, penurapan, dan lain-lain," ucap William.

Namun demikian, Anies tidak setuju dengan konsep tersebut. Sehingga, lanjut dia, akhirnya penanganan banjir di Jakarta tidak maksimal.

"Karena beda konsep akhirnya pemprov tidak maksimal melakukan pembebasan lahan, normalisasi mandeg 5 tahun, iya pasti (penanganan banjir tidak maksimal)," ujar dia.

Pernyataan Dahnil

Sebelumnya, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyinggung ada pihak mengaku oposisi namun mengincar posisi jabatan kepala daerah. Pihak tersebut, menurut Dahnil, berharap menunggu tawaran.

Hal tersebut diungkapkan Dahnil di akun media sosial X seperti dilihat pada Jumat (26/7). Dahnil mengingatkan soal sopan santun kepala daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat.

"Jabatan gubernur, bupati, wali kota itu bukan jabatan oposisi, dia adalah kepanjangan tangan pemerintah pusat. Fatsoennya ketika terpilih tentu harus siap menurunkan dan menjalankan tugas-tugas pembantuan. Kita butuh gubernur, wali kota dan bupati yang memahami hal ini. Sehingga pembangunan nasional bisa berjalan akseleratif dan harmonis untuk Indonesia yang lebih maju," tulis Dahnil yang mengizinkan twitnya dikutip.

Dahnil menilai oposisi tersebut ingin menjadikan jabatan kepala daerah sebagai batu loncatan untuk jabatan yang lebih tinggi. Padahal menurutnya, oposisi tepatnya berada di luar pemerintahan atau menjadi anggota parlemen.

"Sayangnya, ada beberapa pihak ingin menggunakan jabatan kepala daerah tersebut sekedar panggung 'asal beda', untuk anak tangga jabatan politik berikutnya, lupa fokus pada upaya harmonisasi pembangunan bersama pemerintahan pusat dalam hal ini Presiden," jelasnya.

(maa/dhn)

Read Entire Article