Jakarta -
Beredar anggapan bahwa BPA atau bisphenol A bisa menyebabkan gangguan kesehatan, mulai dari masalah hormon, autisme pada anak sampai pemicu kanker. Informasi ini banyak dibagikan di media sosial yang kemudian dipercayai oleh masyarakat.
Dikutip dari laman Cancer Research UK, makanan dan minuman yang disimpan dalam plastik yang mengandung BPA tidak menyebabkan kanker. Penelitian telah menemukan bahwa bahan kimia tertentu dalam plastik mungkin berakhir pada makanan dan minuman yang kita makan.
Namun kadarnya sangat rendah dan berada dalam kisaran yang dianggap aman bagi manusia. Hal ini bahkan berlaku dalam eksperimen dimana plastik dipanaskan selama berjam-jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi lain menunjukkan bahwa beberapa bahan kimia yang ditemukan dalam plastik tertentu memiliki efek menyebabkan kanker. Namun eksperimen ini melibatkan sel manusia di laboratorium, atau hewan. Hal ini sangat berbeda dengan cara orang bersentuhan dengan plastik dalam kehidupan sehari-hari dan mereka tidak memberikan bukti yang baik mengenai risiko kanker pada manusia.
Terkait risiko kanker, pakar dari Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Aditiawarman Lubis, MPH menegaskan berbagai penelitian yang mengaitkan BPA dengan risiko kanker hingga saat ini belum ada yang bersifat konklusif. Selain itu, penelitian-penelitian tersebut umumnya dilakukan pada hewan, bukan pada manusia.
"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan BPA menyebabkan kanker secara langsung," beber dr Aditiawarman dalam agenda detikcom Leaders Forum, Rabu (17/7/2024).
Bagaimana dengan autisme?
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi individu dalam berbagai cara. Autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah suatu kondisi kompleks yang ditandai dengan tantangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku berulang. Ini adalah kelainan spektrum, yang berarti gejala dan tingkat keparahannya dapat sangat bervariasi antar individu.
Penyebab pasti autisme masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam perkembangannya.
Sejumlah penelitian pernah dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan antara paparan Bisphenol A (BPA) dan gangguan spektrum autisme (ASD). Namun demikian, hingga saat ini tidak ditemukan hasil yang konklusif terkait adanya hubungan sebab-akibat.
Dikutip dari Discovery ABA, salah satu penelitian pada 2029 menemukan bahwa tikus hamil yang terpapar BPA melahirkan anak dengan perilaku yang serupa dengan yang teramati pada autisme. Namun demikian, penting dicatat bahwa penelitian ini tidak direplikasi pada manusia.
Penelitian lain dilakukan pada 2011, dan menemukan kadar BPA pada urine anak dengan autisme lebih tinggi dibanding pada anak tanpa autisme. Namun demikian, tidak diketahui pasti apakah perbedaan kadar tersebut berkaitan langsung dengan autisme, atau disebabkan oleh faktor lain.
Berikutnya, penelitian tahun 2019 mengeksplorasi paparan BPA sebelum melahirkan dan potensi hubungannya dengan ciri-ciri ASD pada anak-anak. Studi ini menemukan korelasi positif antara paparan BPA sebelum melahirkan dan ciri-ciri autis tertentu, yang menunjukkan kemungkinan adanya hubungan. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya sifat hubungan ini.
Penting untuk diketahui bahwa meskipun penelitian-penelitian ini memberikan wawasan mengenai topik tersebut, penelitian-penelitian tersebut tidak secara pasti membuktikan sebab-akibat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membangun pemahaman yang jelas tentang potensi hubungan antara paparan BPA dan autisme.
NEXT: Meluruskan mitos-fakta BPA
Simak Video "Kenali Risiko Kanker Penis pada Pria Dewasa"
[Gambas:Video 20detik]